Jumat, 11 November 2011

UPAYA PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA PESERTA DIDIK SMP NEGERI 3 BELINYU dengan MENGGUNAKAN BUKU LAPORAN PEMBINAAN BUDI PEKERTI

BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG MASALAH

SMP NEGERI 3 BELINYU, tertetak di Jalan Simpang tiga Kelurahan Bukit Ketok, Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka, Propinsi kepulauan Bangka Belitung. Secara kebetulan SMP ini terletak di persimpangan yang menuju 3 desa yaitu desa Gunung Pelawan, desa Bintet dan kelurahan Bukit Ketok itu sendiri.
SMP Negeri 3 Belinyu berada di wilayah lingkungan  III RT 03 Perbatasan Kampung Simpang tiga , Bukit Dempo dan Parit 2 yang 80 % penduduknya hidup sebagai buruh  harian. Ada yang mengambil upah di perkebunan Sawit PT GPL (Gunung Pelawan Lestari), buruh TI (Tambang Inkonvesional) , 5 % berkebun, 5 % yang menjadi pegawai dan 10 % lain-lain. Tingkat Pendidikan orang tua murid 15 % tidak tamat SD , 55 % tamat SD, 25 % tamatan SLTP, 10 % tamatan SLTA dan hanya sekitar 5 % yang memiliki pendidikan sampai perguruan tinggi (sumber data PSB SMP N 3 Belinyu).
Mengingat tingkat pendidikan dan aktifitas rutin orang tua sebagai buruh, sebagian besar siswa sangatlah kurang mendapat perhatian khusus orang tua.  Umumnya anak belajar menjadi mandiri berdasarkan pengalaman lingkungan dan dari pendidikan di sekolah. 
Di  pulau Bangka tidak pernah berdiri kerajaan. Perkembangan Pulau Bangka diawali sebagai daerah yang dilaui kapal-kapal pedagang. Jika cuaca buruk untuk menghidari ada kalanya mereka singgah sebentar di pelabuhan Muntok ataupun di teluk kelabat (Belinyu). Pulau Bangka  juga  sebagai daerah persembunyian bajak laut di zaman kerajaan majapahit dan Sriwijaya. Mereka menggangu para pelaut yang melalui daerah mereka. Di zaman penjajahan Belanda dan Inggris, Bangka menjadi daerah langsung di bawah kerajaan Belanda maupun Inggris, karena produksi timahnya yang amat menguntungkan. Guna mencukupi kebutuhan tenaga kerja sebagai kuli-kuli angkut, dizaman penjajahan belanda, didatangkan tenaga kontrak 60 % dari dataran cina, 10 % dari dataran sumatera, 20 % dari pulau jawa(Sunda/Jawa), 10 % dari daerah lainnya di Indonesia.
Saat ini di kelurahan Bukit Ketok  penduduknya berasal dari beragam etnis. Mulai dari etnis Cina, Melayu, Jawa, Sunda, Madura, Bugis, Buton, Flores, Batak, Padang, Aceh, Palembang. Beragam budaya yang mereka bawa dari daerah mereka masing-masing mengakibatkan perkembangan budaya masyarakat bukit ketok menjadi beragam. Penduduk Asli pulau Bangka  sendiri telah membaur menjadi satu. Sehingga saat ini tidaklah ada suatu budaya khas daerah yang timbul , begitu juga nilai-nilai budi pekerti. SMP Negeri 3 Belinyu berada didaerah pesisir utara pulau Bangka di tepi jalan menuju Tanjung penyusuk. Sebagai daerah pesisir, tentunya siswa yang beragam budaya dan suku terdapat disekolah ini, begitu beragam sikap dan tata karma siswa. Sikap buruk sangatlah mudah ditiru oleh siswa sedangkan sikap baik/ luhur sangatlah sulit di budayakan.
 Sesuai amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan UU Sisdiknas amat mendasar dalam memberikan landasan filosofis serta berbagai prinsip dasar dalam pembangunan pendidikan, seperti filosofi pendidikan nasional berdasarkan filsafat Pancasila, paradigma pendidikan dan pemberdayaan manusia seutuhnya, paradigma pembelajaran sepanjang hayat berpusat pada peserta didik, paradigma pendidikan untuk semua yang inklusif, dan Paradigma Pendidikan untuk Perkembangan, Pengembangan, dan/atau Pembangunan Berkelanjutan (PuP3B atau Education for Sustainable Development).
PuP3B yang merupakan terjemahan dari Education for Sustainable Development (EfSD) merupakan paradigma pendidikan baru yang diprakarsai oleh PBB melalui UNESCO dengan tujuan agar pendidikan menghasilkan manusia berakhlak mulia yang menjadi rahmat bagi semesta alam. Manusia seperti itu memenuhi kebutuhannya dengan memperhatikan kebutuhan generasi saat ini dan generasi-generasi yang akan datang (keberlanjutan intergenerasional). PuP3B hanya akan terwujud apabila paradigma pembelajaran sepanjang hayat yang berpusat pada peserta didik, yang mengidamkan subyek pembelajar yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, inovatif, dan berkewirausahaan, betul-betul dilaksanakan.

B.      INDENTIFISIKASI  MASALAH

Sekolah sebagai pusat pengembangan budaya tidak terlepas dari nilai-nilai budaya yang dianut oleh suatu bangsa. Bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai budaya yang bersumber dari Pancasila, sebagai falsafah hidup berbangsa dan bernegara, yang mencakup religius, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Nilai-nilai ini dijadikan dasar filosofis dalam pengembangan kepribadian siswa  sekolah. Kenyataan yang ada di sekolah adalah :
1.      Pemahaman nilai-nilai budaya hanya sebagai ilmu pengehauan tanpa pengamalan.
2.      Menurut pemahaman orang tua siswa, keberahasilan pendidikan di sekolah masih bersifat komulatif / angka-angka yang diperoleh dari laporan hasil belajar siswa pada setiap semester ataupun tengah semester ( RAPORT).
3.      Jika terjadi penyimpangan perilaku siswa dimasyarakat, umumnya yang dipersalahkan adalah kemampuan sekolah dalam mendidik di sekolah.

C.      PEMBATASAN MASALAH

Dari identifikasi masalahan diatas dapat dibatasi permaslahan yang akan dibagas adalah :
Bagaimana upaya sekolah menanamkan nilai-nilai karakter bangsa dengan menggunakan buku laporan pembinaan budi pekerti bagi peserta didik.

D.     PERUMUSAN MASALAH

Dari batasan masalah diatas  dapat dirumuskan :
Apakah dengan menggunakan buku laporan pembinaan budi pekerti, nilai-nilai karakter bangsa dapat ditanamkan pada peserta didik ?

E.      TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah,  untuk menanamkan nilai-nilai karakter bangsa bagi peserta didik yang dapat menjadi Budaya yang luhur, sehingga tercapainya visi sekolah untuk mendidik siswa berprestasi dan berbudaya.
F.       MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian adalah :
1.         Untuk sekolah, mengupayakan pembentukan karakter bangsa pada diri siswa.
2.         Untuk Guru, membantu menjaga keharmonisan proses belajar bengajar .
3.         Untuk siswa, termotifasi dalam memperbaiki sikap dan prilaku.
4.         Untuk Dinas Pendidikan, membantu menurunkan angka kerawanan siswa.
G.     DEFINISI ISTILAH
UPAYA  PENANAMAN adalah Usaha sadar yang terencana dan terprogram untuk mengubah/mencapai sesuatu sikap atau prilaku
NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA  adalah nilai-nilai yang dikembangkan berasal dari pandangan hidup/ideology bangsa Indonesia, agama, budaya daerah, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.  
BUKU LAPORAN PEMBINAAN BUDI PEKERTI PESERTA DIDIK adalah buku yang berisi laporan hasil pembinaan budi pekerti peserta didik yang berupa angka-angka yang diperoleh dari skor akibat pelangaran  tata tertip yang terjadi pada peserta didik sebagai sumber informasi bagi orang tua tentang perkembangan anaknya sebagai peserta didik di sekolah.
 SMP NEGERI 3 BELINYU adalah tempat pelaksanaan kegiatan tersebut.





























BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.     Kajian Teori yang relevan.
Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Usaha sadar tersebut tidak boleh dilepaskan dari lingkungan  peserta didik berada terutama dari lingkungan budayanya (Ki Hajar Dewantara; Pring; Oliva). Pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip tersebut akan menyebabkan mereka tercerabut dari akar budayanya. Ketika hal ini terjadi maka mereka tidak akan mengenal budayanya dengan baik sehingga ia menjadi orang “asing” dalam lingkungan budayanya. Selain menjadi orang asing, yang lebih mengkhawatirkan adalah dia menjadi orang yang tidak menyukainya budayanya.
Budaya yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang adalah budaya di lingkungan terdekat (kampung, RT, RW, desa) berkembang ke lingkungan yang lebih luas yaitu budaya nasional bangsanya dan budaya universal yang dianut oleh ummat manusia. Apabila peserta didik menjadi asing terhadap lingkaran-lingkaran budaya tersebut pada gilirannya maka dia tidak mengenal dengan baik budaya bangsanya dan dirinya sebagai anggota budaya bangsa. Dalam situasi demikian maka dia sangat rentan terhadap pengaruh budaya luar dan bahkan cenderung untuk menerima budaya luar tanpa proses pertimbangan (valueing). Kecenderungan itu terjadi karena dia tidak memiliki norma dan nilai budaya nasional nya yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pertimbangan (valueing) tersebut.
Semakin kuat dasar  pertimbangan yang dimilikinya semakin kuat pula kecenderungannya untuk menjadi warganegara yang baik. Pada titik kulminasinya, norma dan nilai budaya tersebut akan menjadi norma dan nilai budaya bangsanya. Dengan demikian maka warganegara Indonesia akan memiliki wawasan, cara berpikir, cara bertindak dan menyelesaikan masalah yang sesuai dengan norma dan nilai ciri ke-Indonesia-annya. Hal ini sesuai dengan fungsi utama pendidikan yang diamanatkan dalam UU Sisdiknas yaitu “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa” . Oleh karena itu aturan dasar yang mengatur pendidikan nasional  (UUD 1945 dan UU Sisdiknas) sudah memberikan landasan yang kokoh untuk mengembangkan keseluruhan potensi diri seseorang sebagai anggota masyarakat dan bangsa.
Proses pengembangan nilai-nilai yang menjadi landasan dari karakter tersebut  menghendaki suatu proses yang berkelanjutan (never ending process), dilakukan melalui berbagai mata pelajaran yang ada dalam kurikulum (kewarganegaraan, sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, bahasa Indonesia, IPS, IPA, matematika, agama, pendidikan jasmani dan olahraga, seni serta ketrampilan). Dalam mengembangkan pendidikan karakter bangsa  kesadaran akan siapa dirinya dan bangsanya adalah bagian yang teramat penting. Prof Dr Sartono Kartodirdjo secara tegas menyatakan bahwa kesadaran tersebut hanya dapat terbangun dengan baik melalui pendidikan sejarah karena sejarah dapat memberikan pencerahan dan penjelasan mengenai siapa dirinya dan bangsanya di masa lalu yang menghasilkan dirinya dan bangsanya di masa kini. Selain itu dalam pendidikan karakter bangsa harus terbangun pula kesadaran, pengetahuan, wawasan, dan nilai berkenaan dengan lingkungan di mana dirinya dan bangsanya hidup (geografi), nilai yang hidup di masyarakat (antropologi), sistem sosial yang berlaku dan sedang berkembang (sosiologi), sistem ketatanegaraan, pemerintahan, dan politik (ketatanegaraan/ politik/ kewarganegaraan), bahasa Indonesia dengan cara berpikirnya, kehidupan perekonomian, ilmu, teknologi, dan seni. Artinya, perlu ada upaya  terobosan terhadap kurikulum berupa pengembangan nilai-nilai yang menjadi dasar bagi pendidikan budaya dan karakter bangsa. Dengan terobosan kurikulum yang demikian maka nilai dan karakter yang dikembangkan pada diri peserta didik akan sangat kokoh dan memiliki dampak nyata dalam kehidupan dirinya, masyarakat, bangsa dan bahkan ummat manusia.
Pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebajikan (virtue) yang menjadi dasar budaya dan karakter bangsa. Kebajikan yang menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu pendidikan budaya dan karakter bangsa pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup/ideology bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.  
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasi dari:
-          Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama. Secara politis kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaedah yang berasal dari agama.
-          Pancasila: negara Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945 tersebut. Artinya, nilai-nilai yang ada dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warganegara yang lebih baik dan warganegara yang lebih baik adalah warganegara yang menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warganegara.
-          Budaya adalah suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat tersebut. Nilai-nilai budaya tersebut dijadikan dasar dalam memberi makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antar anggota masyarakat tersebut. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai-nilai dari pendidikan budaya dan karakter bangsa.
-          Tujuan Pendidikan Nasional adalah kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Di dalam tujuan pendidikan nasional terdapat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki seorang warganegara. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. 
Berdasarkan keempat sumber nilai tersebut maka dihasilkan sejumlah nilai untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa,  yaitu:
·         Religius : suatu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama  yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
·         Jujur: perilaku yang didasarkan pada kebenaran, menghindari perilaku yang salah, dan menjadikan dirinya menjadi orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
·         Toleransi: suatu tindakan dan sikap yang menghargai pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari pendapat, sikap, dan tindakan dirinya.
·         Disiplin: suatu tindakan tertib dan aptuh pada berbagai ketentuan dan peraturan yang harus dilaksanakannya.
·         Kerja keras: suatu upaya yang diperlihatkan untuk selalu menggunakan waktu yang tersedia untuk suatu pekerjaan dengan sebaik-baiknya sehingga pekerjaan yang dilakukan selesai pada waktunya
·         Kreatif: berpikir untuk menghasilkan suatu cara atau produk baru dari apa yang telah dimiliki
·         Mandiri: kemampuan melakukan pekerjaan sendiri dengan kemampuan yang telah dimilikinya
·         Demokratis: sikap dan tindakan yang menilai tinggi hak dan kewajiban dirinya dan orang lain dalam kedudukan yang sama
·          Rasa ingin tahu: suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui apa yang dipelajarinya secara lebih mendalam dan meluas dalam berbagai aspek terkait.
·         Semangat kebangsaan: suatu cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
·         Cinta tanah air: suatu sikap yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan  yang tinggi terhadap lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.
·          Menghargai prestasi: suatu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.
·          Bersahabat/komunikatif: suatu tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain.
·         Cinta damai: suatu sikap dan tindakan yang selalu menyebabkan orang lain senang dan dirinya diterima dengan baik oleh orang lain, masyarakat dan bangsa
·          Senang membaca: suatu kebiasaan yang selalu menyediakan waktu untuk membaca bahan bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
·         Peduli sosial: suatu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan bantuan untuk membantu orang lain dan masyarakat dalam meringankan kesulitan yang mereka hadapi.
·         Peduli lingkungan: suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
B.      Inovasi dalam menghadapi tantangan dan penyelesaian masalah.
Sesuai  Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 19 tahun  2007 tanggal 23 Mei 2007, tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan dasar Pendidikan dasar dan Menengah, pada lampiran Poin B. Rencana Kerja, bagian ke 9  Budaya dan Lingkungan Sekolah/Madrasah menyebutkan :
a. Sekolah/Madrasah menciptakan suasana, Mini, dan Lingkungan pendidikan yang kondusif untuk pembelajaran yang efisien dalam prosedur pelaksanaan.
b. Prosedur pelaksanaan penciptaan suasana, iklim, dan Lingkungan pendidikan:
1) Berisi prosedur tertulis mengenai informasi kegiatan penting minimum yang akan dilaksanakan;
2) Memuat judul, tujuan, lingkup, tanggung jawab dan wewenang, serta penjelasannya;
3) Diputuskan oleh kepala Sekolah/madrasah dalam rapat dewan pendidik.
c. Sekolah/Madrasah menetapkan pedoman tata-tertib yang berisi:
1) Tata tertib pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik, termasuk dalarn hal menagunakan dan memelihara sarana dan prasarana pendidikan;
2) Petunjuk, peringatan, dan larangan dalam berperilaku di Sekolah/Madrasah, serta pemberian sangsi bagi warga yang melanggar tata tertib.
SMP Negeri 3 Belinyu mengadakan inovasi pembuatan buku laporan pembinaan budi pekerti ini dalam upaya menanamkan nilai karakter bangsa, dengan menyempurnakan tata tertip sekolah, petunjuk, peringatan dan sangsi bagi pelanggaran prilaku di lingkungan sekolah.
Penerapan nilai-nilai karakter bangsa menggunakan rapor pembinaan budi pekerti ini diharapkan evektif memperkecil tingkat kerawanan siswa, membuat iklim kondusif dilingkungan sekolah dan membuat komunikasi dengan orang tua siswa menjadi lancar, terarah dan berkesinambungan.
Hal ini dapat dipantau dari data yang kami kumpul pada buku pelangaran siswa, membandingkan jumlah kwantitatif sebelum dan sesudah penggunaan buku raport pembinaan budi pekerti bagi siswa







BAB III
METODE PENELITIAN
A.     Pentahapan Penelitian Tindakan.
Langkah-langkah PTS yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Langkah-langkah PTS seperti Gambar 1 berikut Catatan: Pengamatan dilanjutkan Evaluasi.
Gambar 1. Langkah-langkah PTS

Siklus PTS meliputi empat langkah yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan evaluasi, serta refleksi. Masing-masing langkah dijelaskan sebagai berikut.
Perencanaan
Perencanaan adalah langkah awal yang dilakukan peneliti saat akan memulai tindakannya. Agar perencanaan mudah dipahami oleh peneliti yang akan melakukan tindakan, maka peneliti membuat rencana tindakan yang meliputi:
(a)      rumusan masalah yang akan dicari solusinya;
(b)      rumusan tujuan penyelesaian masalah/tujuan menghadapi tantangan/tujuan melakukan inovasi;
(c)      rumusan indikator keberhasilan pemecahan penyelesaian masalah/keberhasilan menghadapi tantangan/keberhasilan melakukan inovasi;
(d)      rumusan langkah-langkah kegiatan penyelesaian masalah/kegiatan menghadapi tantangan/kegiatan melakukan inovasi;
(e)      identifikasi warga sekolah dan atau pihak-pihak terkait lainnya yang terlibat dalam penyelesaian masalah/menghadapi tantangan/melakukan inovasi;
(f)       identifikasi metode pengumpulan data yang akan digunakan;
(g)      penyusunan instrumen pengamatan dan evaluasi;
(h)      penentuan waktu dan tempat pelaksanaan;
(i)        idenifikasi fasilitas yang diperlukan.
Pelaksanaan (Tindakan)
Pelaksanaan adalah penerapan dari perencanaan. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh peneliti adalah sebagai berikut.
(a)      Apakah ada kesesuaian antara rencana tindakan dengan pelaksanaannya?
(b)      Hal-hal apa yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah/menghadapi tantangan/melakukan inovasi?
(c)      Bagaimana cara melaksanakan tindakan untuk memecahkan masalah/menghadapi tantangan/melakukan inovasi?
(d)      Apakah tindakan yang dilaksanakan telah terarah pada pencapaian tujuan penelitian?
(e)      Seberapa besar pelaksanaan tindakan melibatkan warga sekolah dan atau pihak-pihak terkait lainnya?
(f)       Apa peran masing-masing warga sekolah dan atau pihak-pihak terkait lainnya dalam melaksanakan tindakan?;
Pengamatan dan Evaluasi
Pengamatan adalah pencermatan terhadap pelaksanaan tindakan. Hal-hal yang diamati adalah proses tindakan yang berlangsung selama tahap pelaksanaan PTS. Pengamatan menggunakan instrumen yang berisi indikator-indikator proses tindakan. Evaluasi adalah proses penetapan hasil pelaksanaan tindakan berdasarkan indikator-indikator tujuan PTS yang telah ditetapkan. Hasil evaluasi digunakan sebagai dasar untuk melakukan refleksi.
Refleksi
Refleksi dilakukan terhadap proses dan hasil pelaksanaan tindakan dan hasilnya digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki rencana tindakan pada siklus berikutnya untuk meningkatkan hasil yang lebih baik.
B.      Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Belinyu dengan Waktu Pelaksanaan  27 september 2010 s.d 23 Oktober 2010
C.      Seting dan Karakteristik Subyek Penelitian
Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa siswi SMP Negeri 3 Belinyu yang berjumlah 221 siswa dari kelas VII s.d IX. Berdasarkan hasil observasi awal, berdasarkan data dari buku pelangaran siswa, keluhan guru, keluhan orang tua murid serta pengamatan masyarakat di sekitar sekolah diperoleh informasi sikap kedisiplinan siswa sangatlah rendah.Angka siswa bolos, pelanggaran tata tertip sangatlah tinggi.
D.      Faktor yang Diteliti
Faktor yang diteliti dalam penelitian ini meliputi faktor guru, faktor siswa dan pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar di sekolah.
1. Faktor guru, yang diamati adalah cara guru dalam menyikapi prilaku menyimpang siswa terhadap tata tertip sekolah.
2. Faktor siswa, yang diamati adalah aktivitas siswa dan perubahan prilaku siswa sebelum dan sesudah diberlakukan rapot pembinaan budi pekerti.
3. Faktor pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah yaitu meliputi aktivitas guru dan siswa, kesiapan siswa, kinerja guru dan tanggapan siswa terhadap penggunaan raport pembinaan budi pekerti.
E.      Rancangan Penelitian
Proses penelitian tindakan ini direncanakan terdiri dari dua  siklus dengan empat tahapan pada masing-masing siklusnya. Tiap tahapan dalam satu siklus dilaksanakan, kemudian hasilnya digunakan untuk memperbaiki siklus berikutnya. Dari hasil observasi dan refleksi pada siklus sebelumnya ditetapkanlah tindakan yang dipergunakan untuk memperbaiki tahapan-tahapan pada siklus selanjutnya secara terus-menerus. Tahapan yang dilakukan pada setiap siklus tersebut adalah : 1) perencanaan (planning), 2) pelaksanaan tindakan (action), 3) observasi (observing), 4) refleksi (reflecting). Perincian langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Perencanaan (Planning) yaitu kegiatan mempertimbangkan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk pemecahan masalah. Maka perencanaan yang dilakukan adalah menyusun tata tertip sekolah, pembuatan tabel penyekoran, bembuatan buku pembinaan budi pekerti, kegiatan sosialisi dan menyiapkan lembar observasi.
2.  Pelaksanaan tindakan (Action) yaitu pelaksanaan dari rencana yang telah disiapkan. Tindakan yang akan dilakukan adalah memberlakukan penggunaan buku raport pembinaan budi pekerti dengan melibatkan seluruh unsure guru, guru mata pelajaran, guru piket, wali kelas , urusan pengakjaran dan urusan kesiswaan serta pada bagian akhir adalah urusan hubungan masyarakat untuk berkomunikasi dengan orang tua, tokoh masyarakat, dan aparat pemerintahan
3.  Observasi (Observation) yaitu mengamati jalannya proses penerapan rapor budi pekerti menggunakan lembar pengamatan dan lembar observasi yang dilakukan oleh guru piket guna memperoleh data statistik pelangaran siswa.
4. Refleksi (Reflection) yaitu mengevaluasi dan menganalisis hasil observasi tentang kekurangan dan kelebihan penggunaan raport pembinaan budi pekerti  yang telah dilaksanakan. Hasil refleksi dari siklus I digunakan sbagai dasar untuk perbaikan dan merencanakan tindakan pada siklus II.
F.      Teknik Analisis Data
Untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini maka data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data yaitu analisis statistik deskriptif tentang perubahan dari situasi nyata sekolah menuju situasi sekolah yang diharapkan sehingga untuk dapat mengetahui  ketercapaian tujuan penelitian tindakan. Hal ini dianalisa dari penurunan grafik pelanggaran sikap dan perubahan prilaku siswa. Data yang dianalisis secara diskriptif adalah data tingkat kerawanan siswa, data respon siswa, data aktivitas siswa, dan data keterampilan guru membina prilaku siswa.
a.  Data tingkat kerawanan siswa
Analisis data hasil belajar siswa secara deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan presentase tingkat pelangaran siswa pada dua siklus. Data yang dianalisis adalah data kuantitatif dari buku pelanggaran siswa.
b.  Data respon siswa
Respon siswa dianalisis secara deskriptif dalam bentuk persentase, dan dikelompokkan dalam kategori senang, berminat dan tidak suka. Respon siswa dikatakan positif terhadap pemberlakuan buku raport pembinaan budi pekerti, bila jumlah persentase yang terbesar dari rata-rata persentase setiap indikator berada dalam kategori senang, dan berminat.
c.  Data aktivitas siswa
Hasil pengamatan aktivitas siswa oleh seorang pengamat setiap indikator selama siklus ditentukan frekuensinya. Kemudian dihitung persentase frekuensi setiap indikator.
Keefektifan aktivitas siswa diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu:
            1)   Aktivitas aktif, jika siswa melakukan aktivitas dengan indikator sebagai berikut :
a)      Mengubah prilaku berusaha untuk tidak terjadi pelanggaran.
b)      Menyampaikan pendapat/ide kepada guru atau staf tata usaha, saat berdiskusi tentang pelangaran yang dilakukannya.
c)       Berdiskusi/bertanya kepada teman atau guru sebelum melakukan tindakan yang dikawatirkan melanggar tata tertip sekolah
d)      Menarik kesimpulan suatu kejadian atau pelanggaran dengan menggubah sikap menjadi lebih positif.
2)   Aktivitas pasif, jika siswa melakukan aktivitas dengan indikator sebagai berikut
a)     Tidak perduli / tidak mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru atau teman dengan aktif jika melakukan pelanggaran
         b)     Melakukan kesalahan yang sama berulang tanpa ada upaya perbaikan
c)      Berperilaku yang tidak relevan dengan aturan tata tertip sekolah, seperti tetap melakukan pelanggaran hingga mencapai sekor 30 atau kelipatannya.
Dalam penelitian ini, siswa dikatakan efektif di sekolah bila jumlah persentase aktivitas aktif (butir 1) siswa selama di sekolah lebih besar dibanding dengan jumlah persentase aktivitas pasif siswa (butir 2). Bila kurang dari atau sama dengan enam siswa yang mewakili 38 siswa dalam kelas, terlibat dalam beberapa pelanggaran, maka kelas  tersebut masih dapat dikatakan positif baik. Dalam kegiatan di sekolah secara keseluruhan respon terhadap pelanggaran dikatakan positif bila paling sedikit 70%  siswa terlibat aktif dari satu siklus tersebut.
d.  Data keterampilan guru menangani siswa bermasalah
Data keterampilan guru menangani siswa bermasalah dianalisis dengan mencari rata-rata jumlah guru yang terlibat dalam menangani masalah pada setiap siklus. Kriteria tingkat ketrampilan guru menangani masalah sebagai berikut :
Kasus < 1,00                Sangat Baik
1,00 £ kasus < 3,00     Baik
3,00 £ Kasus < 6,00     cukup baik
6,00 £ Kasus  < 9,00    Kurang baik
9,00 £ kasus                 buruk
Keterampilan guru menangani masalah dikatakan efektif apabila rata-rata nilai setiap siklus termasuk dalam kategori  baik atau sangat baik.
3.   Data dan cara pengambilan data
            Sumber data penelitian ini adalah data siswa yang melanggar  dan data guru yang melakukan tindakan, diperoleh dengan cara menggunakan angket, pengamatan dan refleksi


BAB IV
SIKLUS TINDAKAN

A.         Siklus/tahap 1

1.         Perencanaan

Sebelum pelaksanaan  kegiatan di rumuskan terlebih dahulu tata tertip sekolah dan sistem pensekoran yang tepat, poin-poin pelanggaran yang biasanya terjadi SMP Negeri 3 Belinyu.  Selanjutnya diadakan sosialisasi kepada Orang tua siswa, Siswa (Peserta didik) dan guru. Secara teknis guru yang akan menggunakan diajarkan cara penggunaan dan penentuan sekor kesalahan siswa. Selanjutnya dicetaklah Buku Laporan Hasil Pembinaan budi Pekerti  bagi setiap siswa dan buku kontrol pelanggaran siswa yang dikelola guru Piket. Penetapan guru piket sebagai tenaga pengontrol pelaksanaan kegiatan ditetapkan secara baku, dan diberikan insentif tambahan. Semua rencana dilaksanakan pdari tanggal 28 September 2010 s.d 2 Oktober 2010 secara marathon.

2.         Pelaksanaan

Pelaksanaan tahap 1 dilakukan pada minggu pertama di bulan Oktober berkisar tanggal 4 Oktober s.d 9 Oktober 2010. Pada saat ini buku dikelompokan menurut  data siswa dalam satu kelas, diletakan pada ruang khusus yaitu ruang wakil kepala sekolah. Setelah dilaksanakan beberapa hari,  teryata buku raport berpindah tempat di meja guru wali kelas, Banyaknya pelanggaran yang dilakukan siswa memaksa Wali kelas ikut membantu guru mata pelajaran mengatasi dan mengarahkan siswa setiap permasalahan yang di timbulkannya.

3.         Pengamatan dan Evaluasi

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai peneliti. Tingginya angka pelangaran siswa dan banyaknya kesalahan yang dilakukan oleh siswa sebagai berikut.




NO.
JENIS PELANGGARAN
Banyak Kasus
Persentase
1.
KERAJINAN

1.1
Datang terlambat atau tidak pada waktunya
2
0,06%
1.2
Meninggalkan sekolah tanpa izin
1
0,03 %
1.3
Tidak hadir tanpa keterangan
13
0,4 %
1.4
Tidak mengikuti upacara bendera tanpa alasan
2
0,06%
1.5
Tidak mengikuti senam bersama tanpa alasan
1
0,03 %
1.6
Tidak  melaksanakan kegiatan jum'at bersih tanpa alasan
0
0 %
1.7
Tidak melaksanakan kegiatan ibadah berjamaah  tanpa alasan
0
0 %
1.8
Tidak mengerjakan tugas guru
32
10 %
1.9
Tidak hadir dalam kegiatan ekstrakulikuler yang dipilih tanpa alasan
1
0,03 %
1.10
Tidak mengikuti kegiatan tertentu  di sekolah sesuai ketentuan
0
0 %
2.
KELAKUAN

2.1
Menyalahgunakan dana sekolah/sumbangan/iuran tidak sesuai ketentuan
0
0 %
2.2
Bertidak tidak sopan terhadap kepala sekolah, guru, tata usaha dan siswa lain
0
0 %
2.3
Melawan secara fisik terhadap kepala sekolah, guru dan atau tata usaha
0
0 %
2.4
Membuat surat izin palsu/memberikan keterangan palsu (berbohong)
0
0 %
2.5
Makan di kelas saat mengikuti pelajaran
3
0,09 %
2.6
Meludah di dalam ruangan / membuang sampah tidak pada tempatnya
0
0 %
2.7
Membawa atau menyulut petasan dan atau bunyi-bunyian lain di sekolah
0
0 %
2.8
Membuat keributan/suara gaduh yang menganggu belajar / upacara
1
0,03 %
2.9
Terlibat perkelahian / tawuran antar pelajar atau dengan masyarakat luar
0
0 %
2.10
Membawa VCD / Walkman yang tidak berkaitan dengan pembelajaran
2
0,06%
2.11
Membawa bacaan, gambar ataupun VCD porno yang merusak moral pelajar
0
0 %
2.12
Membawa ataupun menghisap rokok di lingkungan sekolah
0
0 %
2.13
Membawa/memakai, minuman keras atau NARKOBA
0
0 %
2.14
Melakukan kekerasan dengan senjata tajam  pelecehanseksual / tidakan asusila
0
0 %
2.15
Terlibat dalam pemerasan, pengancaman , pencurian, perjudian dan sejenisnya
0
0 %










NO.
JENIS PELANGGARAN
Banyak Kasus
Persentase
2.16
Merusak barang milik orang lain
5
0,1 %
2.17
Merusak fasilitas sekolah atau mencoret/mengotori tembok sekolah
1
0,03 %
2.18
Melompati jendela atau pagar sekolah
0
0 %
2.19
Membawa kendaraan bermotor tanpa seizin orang tua
0
0 %
2.20
Memalsukan tanda tanggan orang tua / guru / tata usaha / teman
0
0 %
2.21
Merubah atau menganti nilai ulangan / raport dengan tujuan tertentu
0
0 %
2.22
Menyontek saat ulangan / ujian
0
0 %
2.23
Mencedrai teman atau orang lain
12
0,3 %
3.
KERAPIHAN

3.1
Memakai seragam tidak sesuai ketentuan sekolah
45
14 %
3.2
Memakai seragam tanpa atribut atau atribut tidak lengkap
56
18 %
3.3
Celana / baju seragam sengaja dicoret-coret, disobek atau tidak dijahit
0
0 %
3.4
Bertato, rambut disemir (diberi warna), kuku diberi warna
36
11,5 %
3.5
Potongan rambut siswa putra panjang / tidak rapi  atau menindik telinga
12
0,3 %
3.6
Memakai  gelang, anting, kalung, aksesoris lainnya secara berlebihan
1
0,03 %
3.7
Memakai gelang kaki, tindik lebih dari sepasang, ber make up (siswa putri)
1
0,03 %
3.8
Berpakaian tidak mencerminkan sebagai seorang siswa / pelajar di sekolah
0
0 %
4.
TANGGUNG JAWAB

4.1
Meninggalkan kelas saat belajar  tanpa izin guru yang mengajar
2
0,06%
4.2
Mencemarkan nama baik sekolah dengan sikap buruk ataupun fitnah
0
0 %
4.3
Melalaikan pelaksanaan tugas piket kelas / piket umum
23
7,4 %
4.4
Melalaikan tugas Jumat bersih ataupun petugas pengibar bendera
1
0,03 %
4.5
Melalaikan tugas tertentu individu  lainnya dari sekolah
12
3,8 %
4.6
Melalaikan pengembalian barang milik sekolah yang dipinjam
1
0,03%
4.7
Lalai membawa buku pelajaran sesuai jadwal belajar di kelas
23
7,4 %
4.8
Lalai meningalkan barang pribadi/orang lain di sekolah
0
0%
4.9
Meletakkan kendaraan / barang tertentu tidak sesuai tempat peruntukanya
23
7,4 %
TOTAL PELANGGARAN
311 Kasus
100 %
Pada minggu pertama ini saja, sudah ada 2 orang siswa yang memiliki skor diatas 30 sehingga. Pemangilan tahap 1 telah dilakukan kepada 2 orang siswa tersebut.

4.         Refleksi

Dari tahap pertama ini peneliti melakukan refleksi kegiatan bersama pada hari senin  11 Oktober 2010 dengan mengadakan pertemuan singkat dengan  seluruh guru. Sebelumnya telah diperoleh hasil wawancara dengan beberapa siswa secara acak dari kelas VII s.d IX tentang keterlaksanaan penggunaan rapot budi pekerti pada hari Sabtu tanggal 9 oktober 2010.
Dari wawancara singkat dengan siswa  diperoleh informasi secara garis besar ;
1.      Siswa menyukai perlakuan penilaian terhadap sikap, namun mereka berharap pembinaan dari guru diutamakan, jangan langsung diberi sekor tanpa peringgatan.
2.      Siswa berharap jika kesalahan pertama bias di berikan pengertian terlebih dahulu, pada intinya semua siswa berupaya mengikuti peraturan sekolah dan mencoba menerapkan nilai-nilai karakter bangsa yang tersirat dalam penggunaan rapot pembinaan budi pekerti tersebut.
3.      Kesalahan siswa lebih banyak terjadi karena kurang perhatiannya siswa terhadap peraturan, kebiasaan buruk yang dilakukan secara terus menerus mengakibatkan berulangnya pelanggaran.
Dari diskusi dengan orang tua siswa yang anaknya bermasalah, pada  dasarnya mereka mengakui bahwa siswa tersebut sudah sering diperingatkan namun mengubah kebiasaan sangatlah sulit. Diberlakukannya raport budi pekerti memberikan  informasi yang jelas hal-hal yang harus dirubah pada sikap siswa sehari-hari di rumah dan disekolah, dan membiasakan siswa mengubah pola prilaku kepada hal yang lebih positif. Pada minggu pertama ini tampaknya respon positif ditunjukan dengan keseriusan orang tua dan keinginan orang tua agar anak mengubah sikap  prilaku seperti yang mereka harapkan.
B.    Siklus/tahap 2

1.         Perencanaan

Pada siklus ke dua ini sedikit perubahan rencana dirumuskan sebagai berikut :

1.      Pencatatan ke buku raport setelah siswa betul-betul dilakukan pembinaan, peringatan dilakukan sebanyak dua kali pada kesalahan yang sama. Jika masih mengulangi kesalahan yang lama baru di catat pada buku raport. Ini dilakukan untuk pelanggaran-pelanggaran yang sangat sederhana, misalkan lupa membuat PR, datang Terlambat dll. Untuk kasus yang berat, dilihat dari tingginya skor pelanggaran, nilai skor akan ditulis setelah melalui pertimbangan wakil urusan kesiswaan.
2.      Karena terdapatnya beberapa kasus pemukulan sesama teman yang berawal dari gurauan, di luar jam pelajaran/ saat istirahat. Guna membantu pemantauan siswa sekolah menambah SATPAM/SCURITY guna pengamanan siswa di lingkungan sekolah.
3.      Mengarahkan wali kelas untuk lebih merespon siswa didik dikelasnya, menasehati dan membina secara umum jika terjadi pelanggaran agar tidak berulang di siswa yang lain, serta selalu memantau buku rapot budi pekerti siswa, sehingga dapat merespon sedini mungkin sebelum pemangilan orang tua terjadi. 

2.         Pelaksanaan

Pelaksanaan tahap 2 dilakukan pada minggu kedua di bulan Oktober berkisar tanggal 11 Oktober s.d 16 Oktober 2010. Pada saat ini buku dikelompokan menurut  data siswa dalam satu kelas, diletakan pada meja guru wali kelas, Pelanggaran  yang dilakukan siswa dapat langsung terpantau oleh wali kelas sehingga pembinaanpun semakin efektif dilakukan oleh wali kelas

3.         Pengamatan dan Evaluasi

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai peneliti. Angka pelangaran siswa dan banyaknya kesalahan yang dilakukan oleh siswa mulai menurun. Diperoleh data pelanggaran siswa sebagai berikut.
NO.
JENIS PELANGGARAN
Banyak Kasus
Persentase
1.
KERAJINAN

1.1
Datang terlambat atau tidak pada waktunya
0
0%
1.2
Meninggalkan sekolah tanpa izin
0
0%
1.3
Tidak hadir tanpa keterangan
5
9  %
1.4
Tidak mengikuti upacara bendera tanpa alasan
0
0%
1.5
Tidak mengikuti senam bersama tanpa alasan
0
0%
1.6
Tidak  melaksanakan kegiatan jum'at bersih tanpa alasan
0
0 %
1.7
Tidak melaksanakan kegiatan ibadah berjamaah  tanpa alasan
0
0 %
1.8
Tidak mengerjakan tugas guru
15
28 %
1.9
Tidak hadir dalam kegiatan ekstrakulikuler yang dipilih tanpa alasan
0
0 %
1.10
Tidak mengikuti kegiatan tertentu  di sekolah sesuai ketentuan
0
0 %
NO.
JENIS PELANGGARAN
Banyak Kasus
Persentase
2.
KELAKUAN

2.1
Menyalahgunakan dana sekolah/sumbangan/iuran tidak sesuai ketentuan
0
0 %
2.2
Bertidak tidak sopan terhadap kepala sekolah, guru, tata usaha dan siswa lain
0
0 %
2.3
Melawan secara fisik terhadap kepala sekolah, guru dan atau tata usaha
0
0 %
2.4
Membuat surat izin palsu/memberikan keterangan palsu (berbohong)
0
0 %
2.5
Makan di kelas saat mengikuti pelajaran
0
0 %
2.6
Meludah di dalam ruangan / membuang sampah tidak pada tempatnya
0
0 %
2.7
Membawa atau menyulut petasan dan atau bunyi-bunyian lain di sekolah
0
0 %
2.8
Membuat keributan/suara gaduh yang menganggu belajar / upacara
0
0 %
2.9
Terlibat perkelahian / tawuran antar pelajar atau dengan masyarakat luar
0
0 %
2.10
Membawa VCD / Walkman yang tidak berkaitan dengan pembelajaran
0
0 %
2.11
Membawa bacaan, gambar ataupun VCD porno yang merusak moral pelajar
0
0 %
2.12
Membawa ataupun menghisap rokok di lingkungan sekolah
0
0 %
2.13
Membawa/memakai, minuman keras atau NARKOBA
0
0 %
2.14
Melakukan kekerasan dengan senjata tajam  pelecehanseksual / tidakan asusila
0
0 %
2.15
Terlibat dalam pemerasan, pengancaman , pencurian, perjudian dan sejenisnya
0
0 %
2.16
Merusak barang milik orang lain
1
1  %
2.17
Merusak fasilitas sekolah atau mencoret/mengotori tembok sekolah
1
1 %
2.18
Melompati jendela atau pagar sekolah
1
1 %
2.19
Membawa kendaraan bermotor tanpa seizin orang tua
0
0 %
2.20
Memalsukan tanda tanggan orang tua / guru / tata usaha / teman
0
0 %
2.21
Merubah atau menganti nilai ulangan / raport dengan tujuan tertentu
0
0 %
2.22
Menyontek saat ulangan / ujian
5
9 %
2.23
Mencedrai teman atau orang lain
0
0  %
3.
KERAPIHAN

3.1
Memakai seragam tidak sesuai ketentuan sekolah
5
9 %
3.2
Memakai seragam tanpa atribut atau atribut tidak lengkap
5
9   %
3.3
Celana / baju seragam sengaja dicoret-coret, disobek atau tidak dijahit
0
0 %
3.4
Bertato, rambut disemir (diberi warna), kuku diberi warna
0
0  %
3.5
Potongan rambut siswa putra panjang / tidak rapi  atau menindik telinga
0
0  %
3.6
Memakai  gelang, anting, kalung, aksesoris lainnya secara berlebihan
1
1 %
NO.
JENIS PELANGGARAN
Banyak Kasus
Persentase
3.7
Memakai gelang kaki, tindik lebih dari sepasang, ber make up (siswa putri)
1
1 %
3.8
Berpakaian tidak mencerminkan sebagai seorang siswa / pelajar di sekolah
0
0 %
4.
TANGGUNG JAWAB

4.1
Meninggalkan kelas saat belajar  tanpa izin guru yang mengajar
1
1 %
4.2
Mencemarkan nama baik sekolah dengan sikap buruk ataupun fitnah
0
0 %
4.3
Melalaikan pelaksanaan tugas piket kelas / piket umum
3
5  %
4.4
Melalaikan tugas Jumat bersih ataupun petugas pengibar bendera
1
1  %
4.5
Melalaikan tugas tertentu individu  lainnya dari sekolah
2
3 %
4.6
Melalaikan pengembalian barang milik sekolah yang dipinjam
1
1 %
4.7
Lalai membawa buku pelajaran sesuai jadwal belajar di kelas
3
5  %
4.8
Lalai meningalkan barang pribadi/orang lain di sekolah
0
0%
4.9
Meletakkan kendaraan / barang tertentu tidak sesuai tempat peruntukanya
2
3  %
TOTAL PELANGGARAN
53  Kasus

4 .  Refleksi

Dari tahap kedua ini peneliti melakukan refleksi kegiatan bersama pada hari senin  18 Oktober 2010 dengan mengadakan pertemuan singkat dengan  seluruh guru, tentang keterlaksanaan penggunaan rapot budi pekerti.  Diperoleh kesimpulan terjadi perubahan drastic di sekolah, prilaku siswa mulai menunjukan perubahan. Juga sikap siswa terhadap kegiatan belajar dikelas begitu juga kegiatan di luar jam pelajaran, saat kegiatan ekstra kulikuler atau pengembangan diri.











BAB V
SIMPULAN dan SARAN
  1. SIMPULAN
Dari Hasil Peneletian terjadinya Penurunan angka pelangaran siswa terhadap tata tertip sekolah. Penanaman nilai karakter bangsa dapat dilakukan dengan menggunakan Buku Rapot pembinaan Budi Pekerti.  Ini dilihat dari penurunan kasus siswa dari 311 kasus menjadi 53 kasus.
Berawal dari rasa segan, terpaksa maka timbul kewajiban buat siswa untuk mencoba memenuhi keinginan sekolah dalam mengubah prilaku mereka.  Usaha mereka untuk mengubah kebiasaan diluar sekolah dan mencoba menjadi sesuai apa yang dikehendak pihak sekolah adalah hal yang positif.
  1. SARAN
1.      Perlu diupayakan terus menerus perbaikan terhadap raport pembinaan ini agar di temukan pola yang lebih baik di masa datang.
2.      Perlu disediakan tenaga khusus pengelola pembinaan kesiswaan. Dapat dilakukan oleh seorang tenaga konselor guna membina prilaku siswa yang bermasalah
3.      Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, perlu penataan ulang isi kurikulum sekolah pada buku 1 KTSP, sehingga dapat terintegrasi lebih dalam pada seluruh aktifitas di sekolah.













DAFTAR PUSTAKA
__________, 2010. Materi Pelatihan Penguat Kemampuan Kepala sekolah.  Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen PMPTK Kementrian Nasional
Scheerens Jaap, 2000. Improving School Effectiveness; Paris: United Nations Edicational, Scientific and Cultural Organizations
Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.  Jakarta : PT Bumi Aksara
Supardi. 2005. Penyusunan Usulan, dan Laporan Penelitian Penelitian Tindakan Kelas, Makalah disampaikan pada “Diklat Pengembangan Profesi Widyaiswara”, Ditektorat Tenaga Pendidik dan Kependidikan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional
Syaiful sagala, M.Pd, Drs. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat: Jakarta: PT Nimas Multima

Tidak ada komentar:

Posting Komentar