Jumat, 11 November 2011

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM UPAYA PERCEPATAN PENINGKATAN MUTU SEKOLAH

Abstrak, Memulai menjalankan kepemimpinan sekolah berbekal surat dinas untuk menerima siswa baru tanpa gedung, tanpa guru dan tanpa kejelasan biaya oprasional. Yang selanjutnya justru berkembang menjadi SMP Negeri yang dalam  jangka waktu tiga tahun mampu terakreditasi B  dan mampu meluluskan dua angkatan dengan prestasi yang berarti. Walau diawali dengan keterbatasan, kekurangan, tanpa harus selalu berharap bantuan mengerahkan segala potensi dengan gaya kepemimpinan yang tepat,  dapat  menjadikan sekolah yang bermutu.

Kata kunci: Kepemimpinan kepala sekolah, percepatan, mutu pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
1.   Latar Belakang Masalah,
Sesuai dengan Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, tujuan berdirinya negara ini diantaranya ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Guna mencapai tujuan tersebut perlulah diadakan pendidikan dan kesempatan memperoleh pendidikan seluas-luasnya bagi warga negara Republik Indonesia. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menyebabkan masyarakat merasa tertinggal jika tidak memiliki pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dunia. Terutama di era-globalisasi, semakin ketatnya persaingan keterampilan dan  pengetahuan diantara masyarakat. Kabupaten Bangka adalah Kabupaten yang tertua diantara Kabupaten lainnya. Dengan diterbitkannya UU no. 22 th 1999 dan revisi UU ini menjadi UU no.32 th 2004 tentang pemerintah daerah, lalu dilanjutkan dengan penerbitan UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan nasional, dan PP. N. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan mengubah sistem pendidikan di Indonesia, dari bersifat sentralisasi menjadi desentralisasi . Salah satu implikasi dari kebijakan tersebut adalah pengembangan sekolah sesuai dengan kebutuhan daerah.
Kecamatan Riau Silip terletak diantara kecamatan Belinyu, Sungailiat, Bakam, Puding Besar serta Pemali dan juga berbatasan dengan Kabupaten Bangka Barat. Pada tahun 2006 APK Pendidikan SD Ke SMP di kecamatan Riau Silip, Sangatlah minim dikarenakan pindahnya Anak didik Tamatan SD Ke Kecamatan Lain bahkan kabupaten Lainnya.Sesuai dengan surat Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bangka Nomor :  421.2/1770/Dik/2006  pada bulan Mei 2006 tentang Pembukaan kelas filial di Desa pangkal Niur, maka pada tahun ajaran 2006-2007 di buka 2 kelas Filial yang menjadi cikal bakal SMP Negeri 3 Riau Silip. Yang disyahkan dengan SK BUPATI BANGKA Nomor 188.45/611/Dik/2007 tanggal 16 Juni tahun 2007.
Untuk tahap awal pendirian SMP di Desa Pangkal Niur Kecamatan Riau Silip dapat menggunakan lokal 2 belajar SD Negeri 15 Riau Silip yang dinilai strategis pada pagi hari, sesuai jadwal belajar pada umumnya. Fasilitas mebeler belajar siswa meminjam di beberapa SD Terdekat seperti SD 16, 17 dan 18. Aktifitas di SD negeri 15  hanya sampai bulan Desember 2006. Selanjutnya Pemerintah Kabupaten melalui prangkat Desa Pangkal Niur telah menyediakan lahan yang cukup luas untuk pendirian sebuah SMP di desa pangkal Niur, Pembangunan Lokal Belajar sebanyak 2 Unit dan1 Unit Kantor dimulai sejak Bulan Juni 2006, sehingga penggunaan untuk kegiatan belajar pada bulan Januari 2007. Pada Bulan Juli 2007 di depinitifkan menjadi SMP N 3 RIAU SILIP.
2. Permasalahan
Takan pernah menjadi pengalaman yang sangat mengesankan, jika belum mengalaminya. Ketika nota dinas pendidikan atas perintah bupati bangka untuk membuka kelas Filial di Pangkal Niur diterima, memulai sekolah tanpa gedung, tanpa guru dan rencana pembiayaan yang masih dalam perencanaan.
Mei 2006, dimulai cikal pendirian SMP negeri 3. Di mulai dengan mengujungi rumah penduduk satu persatu, dari satu kebun ke kebun yang lain. Dari kebun karet ke kebun sawit,  untuk mendapatkan 60 siswa, meyakinkan orang tua tentang program wajar 9 tahun. Mendekati beberapa tokoh Masyarakat yang berpengaruh. Mengajak kerjasama dengan kepala SD 15 dan 16 Pangkal Niur, untuk membantu mengajar serta mempengaruhi orang tua siswa kelas 6 agar mau menyekolahkan anak setamat SD. Dengan bermodal gedung pinjaman SD 15 dan bangku pinjaman SD terdekat, dimulai mencari guru dan staf tata usaha yang proporsional dan mampu bekerja professional, memperhatikan latar belakang kependidikan mereka, kedudukan orang tua mereka dimasyarakat, dengan tujuan menanamkan kepercayaan bahwa sekolah menjadi kebutuhan mereka. Ketersediaan gedung dimulai tahun 2007 , sampai tahun 2010 belumlah lengkap Fasilitas sekolah secara menyeluruh. Kepemilikan yang ada berupa 9 Ruang belajar , ruang tata usaha, guru dan kepala sekolah, Ruang perpustakaan, ruang UKS, OSIS, BP, Mushola, Ruang keterampilan, ruang Multi media, Ruang komputer dengan 10 unit komputer siswa(diperoleh dengan swadaya), lapangan Futsal, Bola volley dan lainnya mencapai 80 %. Jumlah guru  PNS yang diangkat secara bertahap baru sejak tahun 2008, dan tahun 2010 mencapai 12 orang. Itupun masih dibantu 3 tenaga guru honor daerah, 4 guru honorer serta 9 staf tata usaha honorer (tenaga kebersihan, satpam dll). Dengan kondisi tersebut mutu pendidikan di SMP Negeri 3 Riau Silip akan dapat menjadi baik jika  tenaga pendidik dan kependidikan dapat bekerja secara professional sesuai dengan kompetensinya. Berdasarkan uraian diatas , dirumuskan permasalahan yang dihadapi sebagai  berikut:
1.      Apakah ada hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kompetensi profesional guru(tenaga pendidik) dan tata usaha (tenaga Kependidikan).
2.      Apakah ada hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan percepatan kompetensi Sekolah.
3. Strategi pemecahan masalah
Sekolah yang bermutu adalah Sekolah yang dapat melaksanakan fungsinya sesuai UU RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.Termasuk dikelola oleh tenaga guru/pendidik  dan tata usaha/kependidikan yang telah memenuhi kompetensinya. Menurut Syah, “kompetensi” adalah kemampuan, kecakapan, keadaan berwenang,  atau memenuhui syarat menurut ketentuan hukum.1 Selanjutnya dapat dikemukakan bahwa kompetensi guru/tata usaha adalah kemampuan seorang guru/tata usaha dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Jadi kompetensi guru/tata usaha dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru/tata usaha dalam menjalankan profesinya secara pofesional..
Kata “profesional” erat kaitannya dengan kata “profesi”. Profesi adalah pekerjaan yang untuk melaksanakannya memerlukan sejumlah persyaratan tertentu.2
1   Muhibbin Syah. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya, h. 230.
2  Wirawan. 2002. Profesi dan Standar Evaluasi. Jakarta: Yayasan Bangun Indonesia & UHAMKA Press, h. 9.
Profesional berasal dari kata sifat yang berarti sangat mampu melakukan suatu pekerjaan. Sebagai kata benda, profesional kurang lebih berarti orang yang melaksanakan sebuah profesi dengan menggunakan profesiensi seperti pencaharian.
Menurut pendapat Wirawan profesional guru adalah orang yang melaksanakan profesi yang berpendidikan minimal S1 dan mengikuti pendidikan profesi atau lulus ujian profesi.3
Deskripsi strategi pemecahan masalah yang dipilih
1.      Untuk Kepercayaan guru/tata usaha terhadap pekerjaan akan tumbuh bilamana seorang guru memiliki kesesuaian antara pekerjaan dengan kemampuan. Profesi guru merupakan  profesi yang amat membutuhkan keahlian. Pendidikan yang sesuai dan pengalaman yang memadai merupakan faktor yang cukup menentukan keberhasilan menjadi seorang guru/tata usaha. Disamping kesesuaian pekerjaan dengan kemampuan, kesesuaian pekerjaan dengan minat merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan seorang guru/tata usaha terhadap pekerjaan. Kepercayaan yang tinggi terhadap pekerjaan akan tumbuh bilamana seorang guru tata usaha memiliki minat yang tinggi untuk menjalani profesi sebagai guru/tata usaha.
2.      Kepuasan guru/tata usaha terhadap pekerjaan akan tumbuh bilamana pekerjaan, gaji, peluang promosi, dan lingkungan kerja di sekolah mampu memberikan rasa senang. Dengan pekerjaan yang membanggakan, gaji yang memadai, peluang promosi yang terbuka, dan lingkungan kerja yang kondusif akan memberikan kepuasan bagi guru/tata usaha dalam menjalani profesinya.
3.      Perilaku dari seorang guru/tata usaha dapat dilihat dalam bentuk tanggung jawab, etos kerja, disiplin, dan kreativitasnya. Guru/taat usaha dapat dikategorikan berperilaku positif  bilamana memiliki tanggung jawab, etos kerja, disiplin, dan kreativitas yang tinggi.
Tahapan Oprasional pelaksanaan
Guru sebagai pendidik ataupun sebagai pengajar merupakan faktor penentu keberhasilan pendidikan di sekolah.

3   Wirawan. 2002. Profesi dan Standar Evaluasi. Jakarta: Yayasan Bangun Indonesia & UHAMKA Press, h.10
Tugas guru yang utama adalah memberikan pengetahuan (cognitive), sikap/nilai (affective), dan keterampilan (psychometer) kepada anak didik.  Tugas guru di lapangan pengajaran berperanan juga sebagai pembimbing proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian tugas dan peranan guru adalah mengajar dan mendidik. Berkaitan dengan hal tersebut guru harus memiliki inovasi tinggi.  Aidin Adlan mengemukakan bahwa:
Dalam menjalankan kewenangan profesionalnya, kompetensi guru dibagi dalam tiga bagian yaitu: (1) kompetensi kognitif, yaitu kemampuan dalam bidang intelektual, seperti pengetahuan tentang belajar mengajar, dan tingkah laku individu, (2) Kompetensi afektif, yaitu kesiapan dan kemampuan guru dalam berbagai hal yang berkaitan dengan tugas profesinya, seperti menghargai pekerjaannya, mencintai mata pelajaran yang dibinanya, dan (3) kompetensi perilaku, yaitu kemampuan dalam berperilaku, seperti membimbing dan menilai.4

Sedangkan Sudjana mengemukakan empat kompetensi guru: (1) mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, (2) mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya, (3) mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat, dan bidang studi yang dibinanya, dan (4) mempunyai keterampilan teknik mengajar.5
Tenaga kependidikan (tata usaha) harus memiliki kompetensi pribadi, profesional, sosial. Uraian adalah sebagai berikut: (1) kompetensi pribadi seorang tenaga kependidikan meliputi; memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama, memiliki pengetahuan budaya dan tradisi, memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi, memiliki apresiasi dan kesadaran sosial, memiliki pengetahuan tentang estetika, memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan, dan setia terhadap harkat dan martabat manusia, (2) kompetensi profesional meliputi; mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan filosofis maupun psikologis, mengerti, mampu menggunakan alat dan fasilitas, mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program, mampu melaksanakan evaluasi, dan mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik di lingkungan sekolah,
 (3) kompetensi sosial meliputi; kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat, bergaul dan melayani masyarakat dengan baik, mendorong dan menunjang kreativitas masyarakat, menjaga emosi dan perilaku yang kurang baik,
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
4.   Aidin Adlan. 2000. Hubungan Sikap Guru Terhadap Matematika dan Motivasi Berprestasi dengan
    Kinerja. Matahari No.1. h. 32.
5    Nana Sudjana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru, h. 17
dan menempatkan diri sesuai dengan tugas dan fungsinya baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.6
Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan menurut sugeng  dalam tesisnya yang ada kaitannya dengan
kepemimpinan kepala sekolah, sikap guru terhadap pekerjaan, dan kompetensi profesional guru adalah sebagai berikut.7  :
a. Penelitian yang dilakukan oleh R.M. Imam I. Tunggara (2001), diperoleh hasil bahwa: perhatian guru dalam kegiatan yang dilakukan oleh kepala sekolah umumnya sama, hanya yang menjadi perhatian guru adalah kegiatan kepala sekolah. Kecenderungan tersebut berpengaruh terhadap situasi guru di sekolah.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Rosilawati (2001), diperoleh hasil bahwa: dalam upaya mewujudkan sekolah efektif, di samping kreativitas pendidikan dari guru, murid, dan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pendidikan, ternyata berbagai keterampilan yang dimiliki kepala sekolah mempunyai peranan yang sangat penting, baik dalam memberdayakan sumber daya yang ada maupun mencari sumber yang belum tersedia.
c.  E. Mulyana (2000), memberikan kesimpulan mengenai pengaruh gaya kepemimpinan yang diambil dari hasil penelitian Sutermeister (1980), bahwa: ada beberapa faktor determinan terhadap produktivitas kerja antara lain:
iklim kepemimpinan (leadership climate), tipe kepemimpinan (type of leadership), dan pemimpin (leader), dari 33 faktor lain yang berpengaruh. Lebih lanjut dikemukakan enam faktor yang turut menentukan tingkat produktifitas, yaitu: pendidikan, teknologi, tata nilai, iklim kerja, derajat kesehatan, dan tingkat upah minimal. Keenam faktor tersebut mengandung produktivitas tenaga kerja. Kesimpulannya adalah: bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja pegawai untuk meningkatkan produktivitas kerja dalam mencapai tujuan.











-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
6.                     Sugeng . 2008. “Peranan Kepala Sekolah dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Konsep Manajemen Berbasis Sekolah,” Tesis, Jakarta: Program Studi Administrasi Pendidikan, Program Pasca Sarjana UHAMKA, h. 14.
7.  Ibid, h. 16-17




BAB II
Pembahasan
1.    Alasan pemilihan strategi pemecahan masalah
Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat kompleks karena sekolah sebagai organisasi di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sedang bersifat unik karena sekolah memiliki karakter tersendiri, dimana terjadi proses belajar mengajar, tempat terselenggaranya pembudayaan kehidupan manusia. Karena sifatnya yang kompleks dan unik tersebut, sekolah sebagai organisasi memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. “Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah.” Secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seseorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadinya interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Kepala sekolah dilukiskan sebagai orang yang memiliki harapan tinggi bagi para staf dan para siswa. “Kepala sekolah adalah mereka yang banyak mengetahui tugas-tugas mereka dan mereka yang menentukan irama bagi sekolah mereka”.
Sedangkan guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memilki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Dalam pengertian sederhana kepribadian berarti sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatanya yang membedakan dirinya dari yang lain. Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik.  kompetensi profesional guru merupakan kemampuan dasar seorang guru yang memiliki keahlian khusus mengenai bidang keguruan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya baik sebagai pengajar maupun pendidik dengan penuh rasa tanggung jawab dan layak.
Rumusan tersebut menunjukkan pentingnya peranan kepala sekolah dalam menggerakkan kehidupan sekolah guna mecapai tujuan. Studi keberhasilan kepala sekolah menunjukkan bahwa kepala sekolah adalah seseorang yang menentukan titik pusat dan irama suatu sekolah. Kepala sekolah yang berhasil adalah kepala sekolah yang memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi kompleks yang unik, serta mampu melaksanakan perannya dalam memimpin sekolah.
2.      Hasil atau dampak yang dicapai dari stategi yang dipilih.
Hampir seluruh kegiatan  kepemimpinan dapat dikelompokkan ke dalam empat macam pendekatan, yaitu pendekatan pengaruh kewibawaan, sifat, perilaku dan situasional.8
a) Pendekatan pengaruh kewibawaan (power influence approach)
Menurut pendekatan ini, keberhasilan pemimpin dipandang dari segi sumber dan terjadinya sejumlah kewibawaan yang ada pada para pemimpin, dan dengan cara yang bagaimana para pemimpin menggunakan kewibawaan tersebut kepada bawahan. Pendekatan ini menekankan proses saling mempengaruhi, sifat timbal balik dan pentingnya pertukaran hubungan kerjasama antara para pemimpin dengan bawahan.
b) Pendekatan sifat (the trait approach)
Pendekatan ini menekankan pada kualitas pemimpin. Keberhasilan pemimpin ditandai oleh daya kecakapan luar biasa yang dimiliki oleh pemimpin, seperti tidak kenal lelah, intuisi yang tajam, wawasan masa depan yang luas, dan kecakapan meyakinkan yang sangat menarik.
c)   Pendekatan perilaku (the behavior approach)
“Pendekatan perilaku” merupakan pendekatan yang berdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin dalam kegiatannya sehari-hari dalam hal: bagaimana cara memberi perintah, membagi tugas dan wewenang,     
cara berkomunikasi, cara mendorong semangat kerja bawahan, cara memberi bimbingan dan pengawasan, cara membina disiplin kerja bawahan, dan cara mengambil keputusan.
d) Pendekatan situasional (situational approach)
Pendekatan situasional menekankan pada ciri-ciri pribadi pemimpin dan situasi, mengemukakan dan mencoba untuk mengukur atau memperkirakan ciri-ciri pribadi ini, dan membantu pimpinan dengan garis pedoman perilaku yang bermanfaat yang
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
8    Fred E. Fiedler and Martin M. Charmer.1974. Leadership and Effective Management. Glenview Illionis: Scott, Foresman and Company, h. -
didasarkan kepada kombinasi dari kemungkinan yang bersifat kepribadian dan situasional.
3.      Kendala-kendala yang dihadapi dalam melaksanakan strategi yang dipilih
Stategi tersebut diatas terkendala karena keterbatasan kemampuan kepala sekolah, yang harus terus mengembangkan dan mengasah kemampuan dasar, kualifikasi pribadi serta pengetahuan dan ketrampilan propesional.
Kepala sekolah yang berkualitas yaitu kepala sekolah yang memiliki kemampuan dasar, kualifikasi pribadi, serta pengetahuan dan keterampilan profesional. Menurut Tracey.9, keahlian atau kemampuan dasar, yaitu sekelompok kemampuan yang harus dimiliki oleh tingkat pemimpin apapun, yang mencakup: conceptual skills, human skill dan technical skills.
a) Technical skills, yaitu: kecakapan spesifik tentang proses, prosedur atau teknikteknik, atau merupakan kecakapan khusus dalam menganalisis hal-hal khusus dan penggunaan fasilitas, peralatan, serta teknik pengetahuan yang spesifik.
b) Human skills, yaitu: kecakapan pemimpin untuk bekerja secara efektif sebagai anggota kelompok dan untuk menciptakan usaha kerjasama di lingkungan kelompok yang dipimpinnya.
c) Conceptual skills, yaitu kemampuan seorang pemimpin melihat organisasi sebagai satu keseluruhan.
4. Faktor- faktor pendukung
     A. Sikap pegawai terhadap pekerjaan
Sikap ini ditunjukkkan dalam berbagai kualitas dan intensitas yang berbeda dan bergerak secara kontinyu dari positif melalui areal netral ke arah negatif. Kualitas sikap digambarkan sebagai valensi positif menuju negatif, sebagai hasil penilaian terhadap obyek tertentu. Sedangkan intensitas sikap digambarkan dalam kedudukan ekstrim positif atau negatif. Kualitas dan intensitas sikap tersebut menunjukkkan suatu prosedur pengukuran yang  menempatkan sikap seseorang dalam sesuatu dimensi evaluatif yang bipolar.
9.    William R Tracey. 1974. Managing Training and Development System. USA: AMACOM, h. 53-55
Kepercayaan guru/tata usaha terhadap pekerjaan akan tumbuh bilamana seorang guru/taat usaha memiliki kesesuaian antara pekerjaan dengan kemampuan. Pendidikan yang sesuai dan pengalaman yang memadai merupakan faktor yang cukup menentukan keberhasilan menjadi seorang guru/taat usaha. Kepercayaan yang tinggi terhadap pekerjaan akan tumbuh bilamana seorang guru/tata usaha memiliki minat yang tinggi untuk menjalani profesi sebagai guru/tata usaha.
B. Organisasi Pengelola Sekolah
Dalam organisasi sekolah, kepala sekolah dituntut menampilkan suatu kepemimpinan yang mampu menciptakan iklim yang kondusif, sedangkan para guru/tata usaha dituntut memiliki sikap positif terhadap pekerjaan, sehingga dapat menampilkan persepsi dan kepuasan yang baik terhadap pekerjaanya maupun motivasi kerja yang tinggi, yang pada akhirnya akan mencerminkan seorang guru/taat usaha yang mampu bekerja secara profesional. Oleh karena itu diduga ada hubungan atau korelasi positif antara kepemimpinan kepala sekolah dan disiplin kerja dengan kompetensi profesional guru/tata usaha.
C. Perumusan Arah dan Sasaran  Sekolah
Arah dan sasaran program pengembangan SMP NEGERI 3 Riau Silip di cantumkan dalam Visi Sekolah yaitu mendidik siswa  BERPERESTASI BERDASARKAN BAKAT DAN SANTUN.
Dengan  Indikator :
1.      Unggul dalam Prestasi sekolah dan Lulusan
2.      Unggul dalam Prasarana, sarana dan Media Pembelajaran
  1. Unggul dalam Pendidik dan Tenaga Kependidikan (SDM Pengelola)
  2. Unggul dalam Manajemen Pengelolaan sekolah
  3. Unggul dalam Pembiayaan Oprasional sekolah
  4. Unggul dalam Budaya dan Lingkungan sekolah

Dengan MISI SMP NEGERI 3 Riau Silip :


1.      Meningkatkan  pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, prestasi sekolah dan Lulusan


2.   Menyediakan  prasarana, sarana dan media pembelajaran yang kompetitif.

3.   Menyelenggarakan program peningkatan profesionalisme Pendidik dan Tenaga Kependidikan (SDM Pengelola)

4.   Menyelengarakan manajemen pengelolaan sekolah besinergi bersama stake holder pendidikan.

5.   Mengelola pembiayaan oprasional sekolah secara porofesional, akuntabel, dan transparan

6.      Mebudayakan lingkungan yang kondusif dengan semangat keungulan bagi warga sekolah.

5. Keberhasilan yang telah dicapai
Sejalan dengan  kesadaran masyarakat di seputar lingkungan sekolah tentang pentingnya pendidikan mulai meningkat, pada tahun ajaran 2008 – 2009 lulusan Pertama SMP hasil awalnya dengan lulusan sebesar 94, 6 %. Adalah hasil yang sangat membangakan diukur dengan membandikan angka kelulusan kabupaten 76 % dan kelulusan propinsi yang hanya 89 %. Sedangkan pada tahun 2009 – 2010 Kelulusan tetap 94, 6 % lebih tinggi dari angka kelulusan kabupaten 73,24 % atau propinsi 65,31 % maupun nasional yang hanya 91,07 %.
Jumlah siswa meningkat tajam, dari 60 siswa pada awal pendirian hingga 215 siswa. Angka siswa putus sekolah tamatan SD di sekitar sekolah menurun drastis hanya berkisar 2 -5 %.  Walau angka DO  dari SMP masih tinggi pada awal pendirian, namun sekolah mulai mengefektikan program BP dengan bantuan guru yang mau dan punya keperdulian terhadap kondisi siswa, (guru BP belum ada) melalui pendekatan-pendekatan tertentu, menggunakan Rapor Pembinaan budi pekerti. Maka pada Bulan Januari s.d juli 2010 Angka DO siswa dapat ditekan mencapai 0%.
Dalam hal manajerial sekolah pada tahun 2009 dikeluarkan oleh BADAN AKREDITASI NASIONAL (BAN) SMP/MTS tanggal 31 Oktober 2009  diperoleh akreditasi B (Baik) dengan nilai akhir 84




BAB III
KESIMPULAN dan RUMUSAN
  1. Simpulan
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dibangun diawal serta memantau perkembangan sekolah melalui program dan langkah langkah terstruktur, maka dirumuskan simpulan sebagai berikut:
1.      Ada hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kompetensi profesional guru(tenaga pendidik) dan tata usaha (tenaga Kependidikan).
2.      Ada hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan percepatan kompetensi Sekolah.
Indikasi keberhasilan dapat dilihat dari hasil akreditasi sekolah  dengan rincian:
1. Standar Isi                                                         82
2. Standar Proses                                                  88
3. Standar Kopetensi lulusan                                68
4. Standar Pendidik dan kependidikan                76
5. Standar Sarana dan Prasarana                           82
6. Standar Pengelolaan                                         91
7. Standar Pembiayaan                                         96
8. Standar Penilaian Pendidikan                           91
2. Rumusan rekomendasi Oprasional
Kementrian Pendidikan Nasional adalah lembaga pusat yang bertanggung jawab terhadap pendidikan di Indonesia secara menyeluruh. Memantau pemerataan pendidikan di daerah sangatlah menjadi hal kongrit yang harus terus di lakukan. Daerah pinggiran/pedesaan dalam menyeimbangkan mutu pendidikan masih mengalami banyak kesulitan, terutama keterbatasan sarana. Semua permasalahan harus dihadapi oleh seorang kepala sekolah secara profesional. Kecakapan khusus kepala sekolah dalam memimpin di daerah sangatlah diperlukan.
Perencanaan dan pembangunan sekolah baru di daerah perlu dengan perencanaan yang matang, termasuk ketersediaan tenaga sumber daya manusia, bukan hanya kepentingan politis semata.

DATAR PUSTAKA

Aidin Adlan. 2000. Hubungan Sikap Guru Terhadap Matematika dan Motivasi Berprestasi dengan Kinerja. Matahari No.1. h. 321   Muhibbin Syah. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya,

Fred E. Fiedler and Martin M. Charmer.1974. Leadership and Effective Management. Glenview Illionis: Scott, Foresman and Company,

Nana Sudjana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru,

Sugeng . 2008. “Peranan Kepala Sekolah dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Konsep Manajemen Berbasis Sekolah,” Tesis, Jakarta: Program Studi Administrasi Pendidikan, Program Pasca Sarjana UHAMKA,

Wirawan. 2002. Profesi dan Standar Evaluasi. Jakarta: Yayasan Bangun Indonesia & UHAMKA Press,

William R Tracey. 1974. Managing Training and Development System. USA: AMACOM,


Tidak ada komentar:

Posting Komentar